Sunday, September 9, 2012

PINTU AKHIRAT

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-
tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa.
Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar
istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar
lebih leluasa bergerak.
Baginda mulai keluar istana dengan pakaian
yang amat sederhana layaknya seperti
rakyat jelata. Di sebuah perkampungan
beliau melihat beberapa orang berkumpul.
Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang
ulama sedang menyampaikan kuliah
tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang
yang datang dan bergabung di situ, la
bertanya kepada ulama itu.
"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu
waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami
tiada mendengar mereka berteriak dan
tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan
yang katanya sedang dialaminya. Maka
bagaimana cara membenarkan sesuatu
yang tidak sesuai dengan yang dilihat
mata?" Ulama itu berpikir sejenak kemudian
ia berkata,
"Untuk mengetahui yang demikian itu harus
dengan panca indra yang lain. Ingatkah
kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia
kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit
ular, diganggu dan sebagainya. la juga
merasa sakit dan takut ketika itu bahkan
memekik dan keringat bercucuran pada
keningnya. la merasakan hal semacam itu
seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau
yang duduk di dekatnya menyaksikan
keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa.
Padahal apa yang dilihat serta dialaminya
adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika
masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak
mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah
engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam
barzah?"
Baginda Raja terkesan dengan penjelasan
ulama itu. Baginda masih ikut
mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu
melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat.
Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal
yang amat disukai nafsu, termasuk benda-
benda. Salah satu benda-benda itu adalah
mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak
ada yang lebih indah dari barang-barang di
surga karena barang-barang itu tercipta
dari cahaya. Saking ihdahnya maka satu
mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan
isinya. Baginda makin terkesan. Beliau
pulang kembali ke istana.
Baginda sudah tidak sabar ingin menguji
kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas
dipanggil: Setelah menghadap Bagiri
"Aku menginginkan engkau sekarang juga
berangkat ke surga kemudian bawakan aku
sebuah mahkota surga yang katanya
tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau
sanggup Abu Nawas?"
"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu
Nawas langsung menyanggupi tugas yang
mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda
harus menyanggupi pula satu sarat yang
akan hamba ajukan."
"Sebutkan syarat itu." kata Baginda Raja.
"Hamba morion Baginda menyediakan
pintunya agar hamba bisa memasukinya."
"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti.
Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas.
"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu.
"Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-
masing alam mempunyai pintu. Pintu alam
dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu
alam barzah adalah kematian. Dan pintu
alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di
alam akhirat. Bila Baginda masih tetap
menghendaki hamba mengambilkan sebuah
mahkota di surga, maka dunia harus kiamat
teriebih dahulu."
Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda
Raja terdiam.
Di sela-sela kebingungan Baginda Raja
Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi,
"Masihkah Baginda menginginkan mahkota
dari surga?" Baginda Raja tidak menjawab.
Beliau diam seribu bahasa, Sejenak
kemudian Abu Nawas mohon diri karena
Abu Nawas sudah tahu jawabnya.

No comments:

Post a Comment